Minggu, 21 April 2013

Praktek Surveilans penyakit Diare

BAB I PENDAHULUAN 
 A. Latar Belakang
 Lingkungan merupakan satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan. Peranan lingkungan dalam menyebabkan timbulnya penyakit dapat bermacam-macam. Salah satunya adalah sebagai reservoir bibit penyakit. Reservoir adalah tempat hidup yang paling sesuai bagi bibit penyakit. Timbul atau tidaknya penyakit pada manusia tergantung dari sifat-sifat yang dimiliki oleh bibit penyakit atau penjamu ( Hiswani, 2003). Pada umumnya masalah penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan yang masih merupakan masalah kesehatan terbesar di Indonesia baik dikarenakan masih buruknya kondisi sanitasi dasar, lingkungan fisik maupun rendahnya perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, dan masih banyak faktor penyebab munculnya penyakit diare tersebut. Kebersihan lingkungan merupakan suatu yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan pada umumnya. Banyaknya penyakit-penyakit lingkungan yang menyerang masyarakat karena kurang bersihnya lingkungan disekitar ataupun kebiasaan yang buruk yang mencemari lingkungan tersebut. Hal ini dapat menyebabkan penyakit yang dibawa oleh kotoran yang ada di lingkungan bebas tersebut baik secara langsung ataupun tidak langsung yaitu melalui perantara. Penyakit diare merupakan suatu penyakit yang telah dikenal sejak jaman Hippocrates. Sampai saat ini, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan utama masyarakat Indonesia Angka kesakitan diare di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Angka kesakitan diare pada tahun 2006 yaitu 423 per 1000 penduduk, dengan jumlah kasus 10.980 penderita dengan jumlah kematian 277 (CFR 2,52%). Di Indonesia dilaporkan terdapat 1,6 sampai 2 kejadian diare per tahun pada balita, sehingga secara keseluruhan diperkirakan kejadian diare pada balita berkisar antara 40 juta setahun dengan kematian sebanyak 200.000-400.000 balita. Pada survei tahun 2000 yang dilakukan oleh Ditjen P2MPL Depkes di 10 provinsi, didapatkan hasil bahwa dari 18.000 rumah tangga yang disurvei diambil sampel sebanyak 13.440 balita, dan kejadian diare pada balita yaitu 1,3 episode kejadian diare pertahun (Soebagyo, 2008). Pada Provinsi Gorontalo tepatnya Kota Gorontalo, Jumlah penderita diare mencapai 6.000 orang setiap tahun. Pada 2007, penderita diare di Kota Gorontalo 6.483 orang, sedang pada 2008 mencapai 6.356. Dinas Kesehatan Kota Gorontalo memprediksikan, jumlah penderita diare pada 2009 akan mencapai di atas 6.000 kasus. “Pada triwulan pertama 2009, yakni sejak Januari hingga Maret saja, jumlah penderita yang berhasil di data sudah mencapai 1.506 kasus, satu orang di antaranya bahkan meninggal dunia, ini tidak terjadi pada tahun-tahun sebelumnya," kata dr. Boby Harun Oko, kepala Sub Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Dinas Kota Gorontalo menduga melonjaknya kasus diare di wilayah itu disebabkan gaya hidup dan perilaku masyarakat yang mengabaikan kebersihan. "Kota Gorontalo bukan wilayah yang krisis akan air bersih, namun masih banyak warga yang tidak mencuci tangan ketika hendak makan, atau tidak membersihkan tangan dengan sabun setelah buang air besar. Penyakit diare masih sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan jumlah penderita yang banyak dalam waktu yang singkat. Namun dengan tatalaksana diare yang cepat, tepat dan bermutu kematian dapat ditekan seminimal mungkin. Diare adalah penyakit dengan tanda terjadi perubahan bentuk dan konsistensi tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekwensi buang air besar berak lebih dari biasanya, yaitu tiga kali atau lebih dalam sehari. Faktor yang mempengaruhi diare adalah lingkungan, gizi, kependudukan, pendidikan, sosial dan ekonomi serta perilaku masyarakat. Diare dapat disebabkan oleh bakteri, virus, parasit (jamur, cacing, protozoa), keracunan makanan/minuman yang disebabkan oleh bakteri maupun bahan kimia, kurang gizi, alergi terhadap susu dan immuno defisiensi
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam laporan ini yakni bagaimana gambaran surveillans penyakit Diare di Puskesmas Suwawa Tengah pada tiga ahun terakhir (2010-2012)
 C. Tujuan
 1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran tentang penyakit Diare di wilayah kerja Puskesmas Suwawa Tengah Tahun 2010-2012
2. Tujuan Khusus a) Mengetahui gambaran penyakit Diare berdasarkan umur. b) Mengetahui gambaran penyakit Diare berdasarkan jenis kelamin. c) Mengetahui gambaran penyakit Diare berdasarkan tempat. d) Mengetahui gambaran penyakit Diare berdasarkan waktu kejadian. D. Manfaat Untuk menambah wawasan masyarakat tentang penyakit Diare sehingga masyarakat dapat mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya penyakit Diare.    
BAB II TINJAUAN SURVEILLANS 
A. Teori Surveillans
Surveilans kesehatan masyarakat adalah pengumpulan, analisis, dan analisis data secara terus-menerus dan sistematis yang kemudian didiseminasikan (disebarluaskan) kepada pihak-pihak yang bertanggungjawab dalam pencegahan penyakit dan masalah kesehatan lainnya (DCP2, 2008). Surveilans memantau terus-menerus kejadian dan kecenderungan penyakit, mendeteksi dan memprediksi outbreak pada populasi, mengamati faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit, seperti perubahan-perubahan biologis pada agen, vektor, dan reservoir. Selanjutnya surveilans menghubungkan informasi tersebut kepada pembuat keputusan agar dapat dilakukan langkah-langkah pencegahan dan pengendalian penyakit (Last, 2001). Kadang digunakan istilah surveilans epidemiologi. Baik surveilans kesehatan masyarakat maupun surveilans epidemiologi hakikatnya sama saja, sebab menggunakan metode yang sama, dan tujuan epidemiologi adalah untuk mengendalikan masalah kesehatan masyarakat,sehingga epidemiologi dikenal sebagai sains inti kesehatan masyarakat (core science of public health). Dikenal beberapa jenis surveilans: Surveilans individu, Surveilans penyakit, Surveilans sindromik, Surveilans Berbasis Laboratorium, Surveilans terpadu, Surveilans kesehatan masyarakat global. 1. Surveilans Individu Surveilans individu (individual surveillance) mendeteksi dan memonitor individu-individu yang mengalami kontak dengan penyakit serius, misalnya pes, cacar, tuberkulosis, tifus, demam kuning, sifilis. Surveilans individu memungkinkan dilakukannya isolasi institusional segera terhadap kontak, sehingga penyakit yang dicurigai dapat dikendalikan. Sebagai contoh, karantina merupakan isolasi institusional yang membatasi gerak dan aktivitas orang-orang atau binatang yang sehat tetapi telah terpapar oleh suatu kasus penyakit menular selama periode menular. Tujuan karantina adalah mencegah transmisi penyakit selama masa inkubasi seandainya terjadi infeksi (Last, 2001). 2. Surveilans Penyakit Surveilans penyakit (disease surveillance) melakukan pengawasan terus-menerus terhadap distribusi dan kecenderungan insidensi penyakit, melalui pengumpulan sistematis, konsolidasi, evaluasi terhadap laporan-laporan penyakit dan kematian, serta data relevan lainnya. Jadi fokus perhatian surveilans penyakit adalah penyakit, bukan individu. 3. Surveilans Sindromik Syndromic surveillance (multiple disease surveillance) melakukan pengawasan terus-menerus terhadap sindroma (kumpulan gejala) penyakit, bukan masing-masing penyakit. Surveilans sindromik mengandalkan deteksi indikator-indikator kesehatan individual maupun populasi yang bisa diamati sebelum konfirmasi diagnosis. Surveilans sindromik mengamati indikator-indikator individu sakit, seperti pola perilaku, gejala-gejala, tanda, atau temuan laboratorium, yang dapat ditelusuri dari aneka sumber, sebelum diperoleh konfirmasi laboratorium tentang suatu penyakit.   4. Surveilans Berbasis Laboratorium Surveilans berbasis laboartorium digunakan untuk mendeteksi dan menonitor penyakit infeksi. Sebagai contoh, pada penyakit yang ditularkan melalui makanan seperti salmonellosis, penggunaan sebuah laboratorium sentral untuk mendeteksi strain bakteri tertentu memungkinkan deteksi outbreak penyakit dengan lebih segera dan lengkap daripada sistem yang mengandalkan pelaporan sindroma dari klinik-klinik (DCP2, 2008). 5. Surveilans Terpadu Surveilans terpadu (integrated surveillance) menata dan memadukan semua kegiatan surveilans di suatu wilayah yurisdiksi (negara/ provinsi/ kabupaten/ kota) sebagai sebuah pelayanan publik bersama. Surveilans terpadu menggunakan struktur, proses, dan personalia yang sama, melakukan fungsi mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk tujuan pengendalian penyakit. Kendatipun pendekatan surveilans terpadu tetap memperhatikan perbedaan kebutuhan data khusus penyakit- penyakit tertentu (WHO, 2001, 2002; Sloan et al., 2006). 6. Surveilans Kesehatan Masyarakat Global Perdagangan dan perjalanan internasional diabad modern, migrasi manusia dan binatang serta organisme, memudahkan transmisi penyakit infeksi lintas negara. Konsekunsinya, masalah-masalah yang dihadapi negara-negara berkembang dan negara maju di dunia makin serupa dan bergayut. Timbulnya epidemi global (pandemi) khususnya menuntut dikembangkannya jejaring yang terpadu diseluruh dunia, yang manyatukan para praktisi kesehatan, peneliti, pemerintah, dan organisasi Komponen Surveillans (pengumpulan data, pengolahan, analisis, interpretasi, umpan balik dan diseminasi informasi): a) Pengumpulan data Pengumpulan data dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : 1. Dilakukan secara pasif (menggunakan data sekunder) 2. Dilakukan secara aktif (menggunakan data primer) Data yang diambil sebaiknya menggunakan data rutin yang telah dicatat atau dilaporkan dalam sistem pencatatan dan pelaporan yang sedang berjalan. Data yang dikumpulkan disesuaikan dengan tujuan dari sistem Surveillans. Tujuan dari pengumpulan data : a. Menentukan kelompok/golongan populasi yang beresiko (umur, seks, bangsa, pekerjaan, dan lain-lain). b. Menentukan jenis agen dan karakteristiknya. c. Menentukan reservoir infeksi. d. Memastikan penyakit transmisi. e. Mencatat kejadian penyakit. f. Frekuensi disesuaikan dengan kebutuhan. g. Rutin bulanan perencanaan dan evaluasi. h. Rutin (harian dan minggguan) SKD-KLB. Petugas pengumpulan data : a. Perlu disiapkan dengan baik. b. Diharapkan mereka dapat melakukan editing data yang dikumpulkan (kelenkapan dan konsistensinya). Di Puskesmas Suwawa Tengah melakukan pengumpulan data secara aktif dan secara pasif. Pengumpulan data secara aktif yaitu data yang diperoleh secara langsung dari Penderita. Sedangkan pengumpulan secara pasif yaitu data yang diperoleh dari Puskesmas pembantu. b) Pengolahan data Data yang mereka peroleh diolah oleh petugas di puskesmas Suwawa Tengah secara manual, yakni dengan mencatat dalam buku besar, yang kemudian dilaporkan dalam bentuk informasi. c) Analisis data dan Interpretasi Analisis data dapat dilakukan dengan cara : 1. Univariat Dimana data yang diperoleh dianalisis dengan menghitung proporsi atau menggunakan stastik deskriptif misalnya mean, modus, standar daviasi (SD). 2. Bivariat Dimana data yang diperoleh dianalisis dengan membuat : a. Tabel (kemudian menghitung porporsi ) b. Gambar ( kemudian menganalisis kecenderungan ) c. Peta ( analisis menurut tempat dan waktu) Dari data yang diperoleh di Puskesmas Suwawa Tengah ini dapat terlihat mereka menggunakan cara bivariat untuk menganalis data mereka. Hasil analisis dan interpretasi kemudian dilaporkan dalam bentuk informasi epidemiologi.   d) Umpan Balik dan Desiminasi Data yang di peroleh Puskesmas Suwawa Tengah ini kemudian diseminasi ke pihak dinas kesehatan dalam bentuk informasi untuk ditinjau kembali dan mendapatkan tindakan yang tepat untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Suwawa Tengah. B. Epidemiologi Penyakit Diare 1. Pengertian Diare Diare didefenisikan sebagai suatu kondisi di mana terjadi perubahan dalam kepadatan dan karakter tinja dan tinja air di keluarkan tiga kali atau lebih per hari ( Ramaiah, 2007: 13 ). Diare tejadi akibat pencernaan bakteri E.COLI terhadap makanan. Bakteri ini sangat senang berada dalam tinja manusia, air kotor, dan makanan basi. Untuk mencegah terjadinya diare, makanan yang diberikan kepada anak harus hygenis. Jangan lupa juga untuk selalu mencuci tangan dengan bersih. ( Widjaja. 2005:26 ). Sedangkan menurut Suriadi ( 2006:80 ) menyatakan bahwa diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air bentuk tinja encer atau cair. 2. Penyebab Diare Diare bukanlah penyakit yang datang dengan sendirinya. Biasanya ada yang menjadi pemicu terjadinya diare. Secara umum, berikut ini beberapa penyebab diare, yaitu: a) Infeksi oleh bakteri, virus atau parasit. b) Alergi terhadap makanan atau obat tertentu. c) Infeksi oleh bakteri atau virus yang menyertai penyakit lain seperti: Diare, Infeksi telinga, Infeksi tenggorokan, Malaria, dll. d) Pemanis buatan Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor sebagai berikut : a) Faktor infeksi Faktor infeksi terbagi atas 2 bagian : 1 Infeksi Enteral Infeksi enteral adalah infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare pada anak.infeksi ini meliputi antara lain : a. Infeksi bakteri : vibro, E.Coli, yersinia , dll b. Infeksi virus : anedovirus, rotavirus, dll c. Infeksi parasit : cacing, jamur, protozoa 2 Infeksi Parenteral Infeksi parenteral adalah infeksi diluar alat pencernaan makanan. b) faktor malabsorbsi 1. malabsorbsi karbohidrat 2. malabsorbsi lemak 3. malabsorbsi protein c) faktor makanan 1. makanan basi 2. makanan beracun, dll d) faktor fisikologist 1. merasa takut 2. merasa cemas 3. Gejala Diare Gejala yang biasanya ditemukan adalah buang air besar terus menerus disertai dengan rasa mulas yang berkepanjangan, dehidrasi, mual dan muntah. Tetapi gejala lainnya yang dapat timbul antara lain pegal pada punggung,dan perut sering berbunyi. Berikut gejala-gejala diare pada umumnya : a) bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah. Suhu tubuhnya meninggi b) tinja bayi encer, berlendir, atau berdarah c) warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu d) anusnya lecet e) gangguan gizi akibat intake (asupan) makanan yang kurang f) muntah sebelum atau sesudah diare g) hipoglikemia (penurunan kadar gula darah) h) dehidrasi (kekurangan cairan) 4. Penanggulangan Beberapa cara penggulangan diare antara lain: a) Jaga hidrasi dengan elektrolit yang seimbang. Ini merupakan cara paling sesuai di kebanyakan kasus diare, bahkan disentri. Mengkonsumsi sejumlah besar air yang tidak diseimbangi dengan elektrolit yang dapat dimakan dapat mengakibatkan ketidakseimbangan elektrolit yang berbahaya dan dalam beberapa kasus yang langka dapat berakibat fatal (keracunan air). b) Mencoba makan lebih sering tapi dengan porsi yang lebih sedikit, frekuensi teratur, dan jangan makan atau minum terlalu cepat. c) Cairan intravenous: kadangkala, terutama pada anak-anak, dehidrasi dapat mengancam jiwa dan cairan intravenous mungkin dibutuhkan. d) Terapi rehidrasi oral: Meminum solusi gula/garam, yang dapat diserap oleh tubuh. e) Menjaga kebersihan dan isolasi: Kebersihan tubuh merupakan faktor utama dalam membatasi penyebaran penyakit. 5. Pencegahan Sebuah vaksin rotavirus memiliki potensi untuk mengurangi jumlah penderita diare. Saat ini ada dua vaksin berlisensi untuk menghadapi rotavirus. Vaksin rotavirus yang lainnya seperti, Shigella, ETEC, dan Cholera sedang dikembangkan, vaksin ini juga berfungsi untuk mencegah penularan diare. Karena tangan merupakan salah satu bagian tubuh yang paling sering melakukan kontak langsung dengan benda lain, maka sebelum makan disarankan untuk mencuci tangan dengan sabun. Sebuah hasil studi Cochrane menemukan bahwa dalam gerakan-gerakan sosial yang dilakukan lembaga dan masyarakat untuk membiasakan mencuci tangan menyebabkan penurunan tingkat kejadian yang signifikan pada diare. 6. Epidemiologi Penyakit Diare Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari faktor-faktor yang berhubungan dengan peristiwa yang banyak terjadi pada masyarakat. a. Berdasarkan Orang Penyakit diare lebih banyak menyerang golongan umur anak balita pada daerah endemis, sedangkan pada waktu terjadinya kejadian luar biasa (KLB) dapat menyerang semua golongan semua umur. Kejadian diare di Indonesia diperkirakan 40-50 per 100 penduduk per tahun, dimana 70 % - 80 % dari padanya terjadi pada golongan umur balita. Insiden tertinggi terdapat pada usia dibawah 2 tahun (Sunoto, 1979 ; dalam Asnil dkk, 1982). b. Berdasarkan Ternpat Penyebaran diare di suatu ternpat dengan tempat lainnya berbeda. Perbedaan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kejadian diare itu diataranya keadaan geografis, kebiasaan penduduk, kepadatan penduduk dan pelayanan kesehatan. (Depkes'RI, 1990). Secara teoritis diketahui bahwa penularan diare dipengaruhi oleh sanitasi dan hygiene perorangan, namun adanya perbedaan insiden di suatu tempat juga dipengaruhi oleh spesifikasi tempat tersebut. Misalnya tempat pemukiman kumuh dengan jumlah penduduk yang padat akan lebih mudah terjadi penularan secara cepat bila dibandingkan dengan pemukiman lain yang tidak padat. c. Berdasarkan Waktu Penyebaran diare dapat berada dalam frekwensi dan waktu tertentu. Variasi kajadian diare rnenurnt waktu berbeda antara daerah satu dengan yang lainnya. World Health Organization (WHO) pemah mengadakan penelitian dimana diketahui bahwa insiden diare dipengaruhi oleh iklim (WHO, 1985).    
BAB III GAMBARAN WILAYAH
A. Gambaran Umum Wilayah
Puskesmas Suwawa Tengah adalah puskesmas yang memiliki wilayah kerja di kecamatan Suwawa Tengah tepatnya terletak di Desa Alale. Puskesmas Suwawa Tengah memiliki wilayah kerja yang terdiri atas 6 Desa yakni : desa Alale, Desa Duano, desa Lombongo, desa Lompotoo, desa Tapadaa, desa Tolomato. Luas wilayah Kerjanya yakni 64,70 km/segi dengan jumlah penduduk: 5.720 Jiwa, dengan rincian Laki-laki 2.891 Perempuan 2.829 serta jumlah kepala rumah tangga 1.585. B. Gambaran Sosial Budaya a. Agama dan Kepercayaan Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Suwawa Tengah sebesar 95% beragama Islam dan sisanya beragama Kristen, Khatolik, Hindu, dan Budha. Sementara penganut kepercayaan lain tidak ada. b. Status Pendidikan Sebagian besar penduduk di wilayah kerja Puskesmas Suwawa Tengah adalah bersekolah baik SD, SMP, SMA dan sarjana/Pasca sarjana. c. Profesi dan Mata Pencaharian Profesi dan mata pencaharian penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tamalate antara lain adalah Pegawai Negreri Sipil, montir, TNI, POLRI, Pensiun TNI POLRI PNS, dukun kampung, serta pelajar/mahasiswa. BAB IV 
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tanggal 6-13 Maret 2013 kami melakukan Pengambilan data di puskesmas Suwawa Tengah, data yang kami dapat antara lain 10 penyakit menonjol di wilayah kerja puskesmas Suwawa Tengah, jumlah penderita penyakit Diare berdasarkan tempat tinggal, bulan kunjungan, golongan umuur, dan jenis kelamin, data tentang jumlah penduduk, jumlah kepala keluarga, luas wilayah kerja puskesmas Suwawa Tengah serta data tentang gambaran social budaya (Agama, pendidikan, dan pekerjaan). Kami juga mengambil dokumentasi sebagai bukti bahwa kami benar-benar telah mengambil data di puskesmas Suwawa Tengah dan dokumentasi tersebut akan kami lampirkan. Data-data yang kami dapatkan kami olah dan kami analisis dengan menggunakan program SPSS.
B. Analisis Epidemiologi Penyakit (univariat & Bivariat)
Tabel 4.1 Distribusi Penyakit Diare Berdasarkan Tempat Tinggal Di Wilayah Kerja Puskesmas Suwawa Tengah Tahun 2010-2012 Alamat Tahun Total 2010 2011 2012 n % n % n % n % Alale 44 19,4 69 39,0 55 35,9 168 30,2 Duano 49 21,6 47 26,6 34 22,2 130 23,3 Lombongo 55 24,2 25 14,1 33 21,6 113 20,3 Lompotoo 13 5,7 15 8,5 10 6,5 38 6,8 Alamat Tahun Total 2010 2011 2012 n % n % n % n % Tapadaa 7 3,1 6 3,4 6 3,9 19 3,4 Tolomato 59 26,0 15 8,5 15 9,8 89 16,0 Total 227 100,0 177 100,0 153 100,0 557 100,0 Sumber: Data sekunder Puskesmas Suwawa Tengah 2010-2012 Dari tabel 4.1 Distibusi penyakit Diare berdasarkan tempat tinggal per tahun di wilayah kerja puskesmas Suwawa Tengah tahun 2010-2012, dapat dilihat bahwa total penderita penyakit diare sebanyak 557 orang (100,0%). Penderita terbanyak terdapat pada desa Alale yakni dengan jumlah penderita 168 orang (30,2%), dan jumlah penderita paling sedikit terdapat pada desa Tapadaa yakni dengan jumlah penderita 19 orang (3,4%). Pada tahun 2010 penderita terbanyak terdapat pada desa Tolomato yakni 59 orang (26,0%) dan jumlah penderita paling sedikit pada desa Tapadaa yakni 7 Orang (3,1%), pada tahun 2011 penderita paling banyak terdapat pada desa Alale yakni 69 orang (39,0%) dan jumlah penderita paling sedikit pada desa Tapadaa yakni 6 orang (3,4%), sedangkan pada tahun 2012 penderita paling banyak tetap pada desa Alale yakni 55 orang (35,9%) dan jumlah penderita paling sedikit pada desa Tapadaa yakni 6 orang (3,9%). Sumber: Data sekunder Puskesmas Suwawa Tengah tahun 2010-2012 Gambar 1. Distribusi Penyakit Diare Berdasarkan Tempat Tinggal Per Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Suwawa Tengah Tahun 2010-2012 Dari Gambar 1 Distibusi Penyakit Diare Berdasarkan Tempat Tinggal di Wilayah Kerja Puskesmas Suwawa Tengah Tahun 2010-2012, penderita terbanyak terdapat pada desa Alale tahun 2011 yakni dengan jumlah persentase penderita 39,0%. Sedangkan untuk jumlah penderita paling sedikit terdapat pada desa Tapadaa yakni pada tahun 2010 dengan jumlah persentase 3,1%. Dan dapat dilhat juga distribusi penyakit dari tahun ketahun mengalami penurunan. Tabel 4.2 Distribusi Penyakit Diare Berdasarkan Bulan Kunjungan Di Wilayah Kerja Puskesmas Suwawa Tengah Tahun 2010-2012 Bulan Kunjungan Tahun Total 2010 2011 2012 n % n % n % n % Januari 31 13,7 11 6,2 18 11,8 60 10,8 Alamat Tahun Total 2010 2011 2012 n % n % n % n % Februari 6 2,6 16 9,0 9 5,9 31 5.6 Maret 5 2,2 21 11,9 7 4,6 33 5,9 April 25 11,0 23 13,0 7 4,6 55 9.9 Mei 29 12,8 13 7,3 8 5,2 50 9,0 Juni 42 18,5 16 9,0 9 5,9 67 12,0 Juli 24 10,6 13 7,3 11 7,2 48 8,6 Agustus 20 8,8 10 5,6 25 16,3 55 9,9 September 8 3,5 15 8,5 32 20,9 55 9,9 Oktober 16 7,0 13 7,3 8 5,2 37 6,6 Nopember 6 2,6 11 6,2 9 5,9 26 4,7 Desember 15 6,6 15 8,5 10 6,5 40 7,2 Total 227 100,0 177 100,0 153 100,0 557 100.0 Sumber: Data sekunder puskesmas Suwawa Tengah tahun 2010-2012 Dari tabel 4.2 Distibusi penyakit Diare berdasarkan bulan kunjungan di wilayah kerja puskesmas Suwawa Tengah tahun 2010-2012, dapat dilihat bahwa total penderita penyakit diare yakni sebayak 557 orang (100,0). Penderita terbanyak terdapat pada bulan Juni yakni 67 orang (12,0%), dan paling sedikit terdapat pada bulan Nopember yakni 26 orang (4,7%). pada tahun 2010 penderita terbanyak terdapat pada bulan juni yakni 42 orang (18,5%) dan jumlah penderita paling sedikit pada bulan Nopember yakni 6 orang (2,6%), pada tahun 2011 penderita paling banyak terdapat pada bulan April yakni 23 orang (13,0%) dan jumlah penderita paling sedikit pada bulan Agustus yakni 10 orang (5,6%), sedangkan pada tahun 2012 penderita paling banyak terdapat pada bulan September yakni 32 orang (20,9%) dan paling sedikit pada bulan Maret & April yakni 7 orang (4,6%). Sumber: Data sekunder puskesmas Suwawa Tengah tahun 2010-2012 Gambar 2. Distribusi Penyakit Diare Berdasarkan Bulan Kunjungan Per Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Suwawa Tengah Tahun 2010-2012 Dari Gambar.2 Distibusi Penyakit Diare Berdasarkan Bulan Kunjungan Per Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Suwawa Tengah Tahun 2010-2012, penderita terbanyak terdapat pada bulan September tahun 2012 yakni dengan jumlah persentase penderita 20,9%. Sedangkan untuk persentase penderita paling sedikit terdapat pada bulan Maret tahun 2010 yakni dengan jumlah persentase penderita 2,2%. Tabel 4.3 Distribusi Penyakit Diare Berdasarkan Golongan Umur Di Wilayah Kerja Puskesmas Suwawa Tengah Tahun 2010-2012 Umur Penderita (Tahun) Tahun Total 2010 2011 2012 n % n % n % n % <1 data-blogger-escaped-1-4="" data-blogger-escaped-105="" data-blogger-escaped-10="" data-blogger-escaped-143="" data-blogger-escaped-14="" data-blogger-escaped-15-24="" data-blogger-escaped-15="" data-blogger-escaped-16="" data-blogger-escaped-17="" data-blogger-escaped-185="" data-blogger-escaped-18="" data-blogger-escaped-19="" data-blogger-escaped-20="" data-blogger-escaped-23="" data-blogger-escaped-25-34="" data-blogger-escaped-25="" data-blogger-escaped-26="" data-blogger-escaped-27="" data-blogger-escaped-28="" data-blogger-escaped-29="" data-blogger-escaped-2="" data-blogger-escaped-30="" data-blogger-escaped-33="" data-blogger-escaped-34="" data-blogger-escaped-35-44="" data-blogger-escaped-35="" data-blogger-escaped-36="" data-blogger-escaped-3="" data-blogger-escaped-45-54="" data-blogger-escaped-4="" data-blogger-escaped-5-14="" data-blogger-escaped-51="" data-blogger-escaped-53="" data-blogger-escaped-54="" data-blogger-escaped-5="" data-blogger-escaped-66="" data-blogger-escaped-6="" data-blogger-escaped-78="" data-blogger-escaped-7="" data-blogger-escaped-8="" data-blogger-escaped-9="">55 1 0,4 0 0,0 1 0,7 2 0,4 Total 227 100,0 177 100,0 153 100,0 557 100,0 Sumber: Data sekunder puskesmas Suwawa Tengah tahun 2010-2012 Dari tabel 4.3 Distibusi penyakit Diare berdasarkan golongan umur per tahun di wilayah kerja puskesmas Suwawa Tengah tahun 2010-2012, dapat dilihat bahwa total pendeita penyakit Diare yakni 557 orang (100,0%). Penderita terbanyak terdapat pada golongan umur 5-14 yakni 185 orang (33,2%), dan penderita paling sedikit terdapat pada golongan umur >55 tahun yakni 2 orang (0,4%). Pada tahun 2010 penderita terbanyak terdapat pada golongan umur 5-14 tahun yakni 78 orang (34,4%) dan paling sedikit pada golongan umur >55 tahun yakni 1 orang (0.4%), pada tahun 2011 penderita paling banyak terdapat pada golongan umur 5-14 tahun yakni 54 orang (30,5%) dan paling sedikit pada golongan umur >55 tahun yakni 0 (tidak ada penderita) (0.0%), sedangkan pada tahun 2012 penderita paling banyak terdapat pada golongan umur 5-14 tahun yakni 53 orang (34,6%) dan paling sedikit pada golongan umur >55 tahun yakni 1 orang (0,7%). Sumber: Data sekunder puskesmas Suwawa Tengah tahun 2010-2012 Gambar 3. Distribusi Penyakit Diare Berdasarkan Golongan Umur Per Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Suwawa Tengah Tahun 2010-2012 Dari Gambar.3 Distibusi penyakit Diare berdasarkan golongan umur di wilayah kerja puskesmas Suwawa Tengah tahun 2010-2012, penderita terbesar terdapat pada golongan umur 5-14 tahun pada tahun 2012 yakni dengan jumlah persentase penderita sebesar 34,6%. Sedangkan untuk jumlah penderita paling sedikit terdapat pada golongan umur >55 tahun pada tahun 2011 yakni tidak terdapat penderita (0,0%).   Tabel 4.4 Distribusi Penyakit Diare Berdasarkan Jenis Kelamin Per Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Suwawa Tengah Tahun 2010-2012 Umur Tahun Total 2010 2011 2012 n % n % n % n % Laki-Laki 121 53,3 83 46,9 82 53,6 286 51,3 Perempuan 106 46,7 94 53,1 71 46,4 271 48,7 Total 227 100,0 177 100,0 153 100,0 557 100.0 Sumber: Data sekunder Puskesmas Suwawa Tengah tahun 2010-2012 Dari tabel 4.4 Distibusi penyakit Diare berdasarkan jenis kelamin di wilayah kerja puskesmas Suwawa Tengah tahun 2010-2012, dapat dilihat bahwa total penderita penyakit Diare pada tiga tahun terakhir yakni 557 orang (100,0%). Penderita terbanyak terdapat pada jenis kelamin Laki-laki yakni 286 orang (51,3%), dan paling sedikit terdapat pada perempuan yakni 271 orang (48,7%). Pada tahun 2010 total penderita Diare sebanyak 227 orang (100,0%). Penderita terbanyak pada Laki-laki yakni 121 orang (53,3%) sedangkan pada perumpuan sebanyak 106 orang (46,7%). Pada tahun 2011 total penderita Diare sebanyak 177 orang (100,0%). Penderita paling banyak terdapat pada perempuan yakni 94 orang (53,1%) sedangkan pada Laki-laki sebanyak 83 (46,9%). Pada tahun 2012 total penderita Diare sebanyak 153 (100,0%). Penderita paling banyak terdapat pada Laki-laki yakni 82 orang (53,6%) sedangkan Perempuan sebanyak 71 orang (46,4%).   Sumber: Data sekunder puskesmas Suwawa Tengah tahun 2010-2012 Gambar 4. Distribusi Penyakit Diare Berdasarkan Jenis Kelamin Per Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Suwawa Tengah Tahun 2010-2012 Dari Gambar.4 Distibusi penyakit Diare berdasarkan jenis kelamin di wilayah kerja puskesmas Suwawa Tengah tahun 2010-2012, penderita terbesar terdapat pada jenis kelamin Laki-laki pada tahun 2012 yakni dengan jumlah persentase penderita sebesar 53,6%. Sedangkan untuk penderita paling kecil terdapat pada Perempuan pada tahun 2012 yakni dengan jumlah persentase penderita sebesar 46,4%.
C. Pembahasan
 Berdasarkan Hasil survei kelompok kami total data yang kami dapatkan yakni 596 kasus, akan tetapi kami hanya mengambil 557 kasus karena 39 kasus lainnya berasal dari luar wilayah. Dan kami tidak mendapatkan data geografis serta profil dari puskesmas Suwawa Tengah karena dari pihak puskesmas belum membuat profil puskesmas tersebut. Berdasarkan karakteristik tempat, pada tabel 4.1 dan Gambar 1 telah menggambarkan bahwa pada tahun 2010 tertinggi di desa Tolomato yaitu dengan persentase 26,0% dan pada tahun 2011 sebesar 39,0% di desa Alale. Hal ini kemungkinan disebabkan karena masyarakat yang ada di desa Tolomato & Alale lebih mudah mendapatkan pelayanan kesehatan di puskesmas Suwawa Tengah karena jarak yang di tempuh tidak jauh. Puskesmas Suwawa Tengah terletak di desa Alale, sedangkan desa Tolomato merupakan desa tetangga dari desa Alale. Puskesmas Suwawa Tengah mudah di jangkau oleh masyarakat karena lokasinya berdekatan dangan jalan sehingga masyarakat lebih mudah melakukan pemeriksaan di puskesmas Suwawa Tengah. Berdasarkan karakteristik waktu, pada tabel 4.2 dan Gambar 2 dapat dilihat bahwa pada 3 tahun terakhir (2010-2012) penyakit Diare di wilayah kerja Puskesmas Suwawa Tengah mengalami penurunan dimana pada tahun 2010 kasus meningkat di bulan Juni yaitu 42 kasus (18.5%), ditahun 2012 menurun di bulan September yakni 32 kasus (20,9%). Hal ini kemungkinan disebabkan karena adanya kesadaran penduduk akan penyebab timbulnya penyakit Diare. Berdasarkan karakteristik orang (Golangan Umur), pada Tabel 4.3 dan Gambar 3 telah di gambarkan bahwa penderita Diare terbanyak pada kelompok umur 5-14 tahun pada tahun 2010 yaitu sebanyak 78 orang (34,4%), pada tahun 2011 penderita terbanyak masih pada kelompok umur 5-14 tahun yaitu sebanyak 54 Orang (30,5%). Dan pada tahun 2012 penderita terbanyak masih juga terdapat pada golongan umur 5-14 tahun yaitu sebanyak 53 orang (34,6%). Hal ini kemungkinan disebabkan karena kurang memperhatikan kebersihan sehingga bakteri dapat berkembang biak melebihi daya tahan tubuh sehingga dapat menyebabkan terjadinya penyakit Diare. Pada anak-anak, orang tua sering tidak memperhatikan kebersihan sehingga anak-anak sering menderita penyakit Diare. Tabel 4.4 dan Gambar 4, diperoleh data bahwa penderita Diare lebih banyak pada jenis kelamin Laki-laki yakni dengan jumlah keseluruhan pada tiga tahun terakhir yakni 286 orang (51,3%), dengan rincian, pada tahun 2010 terbanyak Laki-laki yaitu 121 orang (53,3%) perempuan 106 orang (46,7%), tahun 2011 terbanyak Perempuan yakni 94 orang (53,1%) laki-laki 83 orang (46,9%), dan pada tahun 2012 terbanyak pada Laki-laki yakni 82 orang (53,6%) perempuan 71 orang (46,4%).  
 BAB V PENUTUP
  5.1 Simpulan
 Berdasarkan data yang diperoleh :
a) Jumlah penderita Diare dari tahun 2010-2012 mengalami penurunan yakni di tahun 2010 dengan jumlah kasus 227, pada tahun 2011 mengalami penurunan yaitu 177 kasus, kemudian pada tahun 2012 juga menurun yakni 153 kasus.
 b) Berdasarkan karakteristik orang, sebagian besar penderita Diare pada tahun 2010-2012 adalah pada kelompok umur 5-14 tahun yaitu dengan total kasus dari tahun 2010-2012 yakni sebanyak 185 kasus atau sebesar 33,2%.
c) Berdasarkan Karakteristik tempat, bahwa penyakit Diare di wilayah kerja Puskesmas Suwawa Tengah pada tahun 2010 lebih banyak bertempat tinggal di desa Tolomato yaitu sebanyak 59 orang (26,0%). Pada tahun 2011-2012 penyakit Diare lebih banyak diderita oleh masyarakat Alale yakni tahun 2011 sebanyak 69 orang (39,0%), tahun 2012 sebanyak 55 orang (35.9%).
 d) Berdasarkan karakteristik waktu, bahwa pada 3 tahun terakhir (2010-2012) penyakit Diare di wilayah kerja Puskesmas Suwawa Tengah mengalami penurunan dimana pada tahun 2010 kasus meningkat di bulan Juni yaitu 42 kasus (18,5%), ditahun 2012 menurun di bulan September yakni 32 kasus (20,9%). Hal ini kemungkinan disebabkan karena adanya kesadaran penduduk akan penyebab timbulnya penyakit Diare  
 5.2 Saran
Jika dilihat dari jenis penyakit ini, Diare termasuk penyakit yang cara pencegahannnya dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja, namun setelah menganalisis data ini kasus Diare masih sangat banyak ditemukan disekitar kita, untuk itu kami menyarankan yakni bagi para orang tua lebih memperhatikan kebersihan terutama kebersihan anak-anak, karena sebagian besar penyakit Diare ini menimpa pada golongan anak-anak. Selain, itu juga orang tua perlu memperhatikan Giza/pola makan anak karena hal itu sangat berpengaruh, terutama pada saat anak menginjak usia 1-5 tahun, PHBS yang baik akan sangat bermanfaat jika dijalakan untuk mencegah anak terserang penyakit Diare.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar